Hari minggu pagi kemarin, di jendela kamar saya nampak seekor lalat yang terbang berputar-putar. Rupanya lalat tersebut berusaha mencari jalan keluar. Lalat itu terus berputar-putar terus dari atas kebawah, dari kiri ke kanan. Saya tergoda untuk mencoba menangkapnya, namun ternyata lalat tersebut cukup lincah untuk mengelak. Hanya sejenak saya mengamatinya dan kemudian saya lupakan karena aktivitas saya cukup padat hari itu.
Keesokan harinya, saya tiba-tiba teringat akan lalat tersebut. Sambil minum kopi, saya dekati jendela dimana lalat tersebut terbang kemarin. Di salah satu sudut jendela, saya melihat lalat itu ternyata telah terbaring mati.
Nah, tiga meter dari jendela tersebut ada sebuah pintu yang terbuka lebar. Seandainya lalat itu kemarin mau berusaha terbang menuju ke pintu, mungkin dia telah menikmati kebebasannya. Namun lalat tersebut mungkin berpikir, bahwa cahaya yang berasal dari jendela lebih menjanjikan kebebasan daripada melalui pintu yang gelap. Dia berusaha keras untuk menembus kaca itu. Namun sekeras apapun dia bekerja, tidak akan pernah mungkin bisa menembus kaca.
Akhirnya lalat tersebut mati karena kehabisan tenaga, mungkin mati dengan rasa penasaran, mengapa cahaya kebebasan yang seolah-olah hanya tinggal sejengkal lagi tidak dapat diraihnya.
Apa makna ilustrasi diatas dalam kehidupan kita ?
Banyak diantara kita yang terjebak dalam kehidupan seperti lalat itu. Kita berusaha bekerja keras dengan harapan akan mampu mengangkat kehidupan kita ke taraf yang lebih baik. Tapi semakin kita bekerja keras, semakin kita tidak mempunyai waktu, untuk diri kita sendiri maupun keluarga. Dan pada satu titik tertentu, mungkin kita akan merasa frustasi, karena semua kerja keras yang kita lakukan tidak bisa memberikan harapan seperti yang kita inginkan.
Ternyata, di dalam kehidupan, bekerja keras saja tidaklah cukup. Kita harus berubah arah. Banyak orang berpendapat, bahwa berubah arah berarti berganti pekerjaan atau pindah perusahaan. It's ok. Bagi beberapa orang mungkin bisa memberikan harapan lebih baik. Tapi bagi sebagian orang yang lain, ternyata hanya memberikan harapan semu sementara saja. Karena ternyata di perusahaan yang baru tersebut, setelah beberapa saat mereka menemukan hal-hal baru yang `menjebak' mereka seperti kisah lalat tersebut. Lalu mereka mulai stress dan kembali terjebak dalam kehidupan yang semula. Itulah mengapa kita sering melihat di sekeliling kita orang-orang yang setiap saat selalu mencari-cari pekerjaan baru. Mereka yang termasuk dalam kategori ini, bisa diibaratkan lalat tersebut yang berusaha terbang ke kiri-kanan, atas-bawah, tapi selalu menghadapi `kaca' yang selalu menghalangi langkah mereka.
Jika kita berada dalam situasi tersebut, berubah arah disini berarti perubahan yang terjadi di dalam diri kita, bukan di luar. Bagaimana dengan cara kerja kita, sudahkah kita bekerja secara efektif dan efisien ?
Bagaimana dengan pengaturan time management kita ?Bagaimana dengan cara pandang kita terhadap pekerjaan dan perusahaan kita ?
Apakah kita sudah memandang dengan cara yang benar ?
Apakah kita berpikir bahwa gaji yang kita terima lebih kecil dibanding kerja kita yang berat ?
Apakah kita berpikir bahwa pekerjaan yang kita lakukan adalah beban ataukah sebuah kesenangan ?
Apakah kita merasa bangga bekerja di tempat kita sekarang ataukah kita lebih suka membicarakan keburukan tempat kerja kita dengan rekan yang lain ?
Apakah kita merasa sudah mentok, karena tidak ada kesempatan yang diberikan perusahaan kita untuk naik pangkat ataukah kita berusaha menciptakan kesempatan itu, dengan menciptakan suatu prestasi tertentu, misalnya ?
Apakah kita lebih suka menggosipkan bagaimana `pelit'nya perusahaan terhadap kita ataukah kita lebih suka memikirkan, bagaimana perusahaan kita bisa tumbuh dan berkembang seperti sekarang ?
Apakah kita lebih suka menggosipkan bagaimana rekan kita yang `pandai menjilat' sehingga prestasinya melesat ataukah kita belajar, prestasi apakah yang telah dia ciptakan sehingga cepat maju ?
Hanya kita sendiri yang bisa menjawab pertanyaan - pertanyaan tersebut. Namun saya ingatkan kembali, bila jalan yang akan kita lalui tertutup oleh `kaca', cobalah untuk melihat ke sudut lain, untuk mencari `pintu' yang akan membawa kita ke kehidupan yang lebih baik.
Taken from Zidna Humaam Kurnia Compilation
( disadur dari artikel yang dikirimkan oleh seorang teman )
0 Comments:
Post a Comment